
Semalam istri saya sesumbar ingin ngajak Jagad pergi ke planetarium. Mau melihat gerhana bulan. Mereka berdua melesat ke Taman Ismail Marzuki. Naik taksi online.
Saya dan Lentera berduaan di rumah. Pukul sepuluh mereka pergi. Lentera pulas sekali memeluk gulingnya. Pukul setengah lima pagi mereka baru kembali.
“Cerita dong yang di planetarium”
“Keren, Pa. Bulannya gede banget.”
“Apa lagi?”
“Aku lihat planet-planet. Ada yang punya cincin. Itu Saturnus.”
“Lihat apa lagi?”
“Planet Mars, Jupiter. Terus ada yang kelap-kelip, itu bintang Antares.”
“Ngapain lagi di sana?”
“Diajak mama berdoa.”
“Berdoa apa?”
“Bersyukur pada Tuhan karena sudah menciptakan yang indah-indah.”
“Apa lagi?”
“Lalu aku ketiduran di sana, Pa.”
“Kamu melihat Tuhan enggak di atas sana.”
“Enggak.”
“Wah, sayang sekali, padahal tadi Tuhan melihatmu sedang main teropong.”
“Papa boong. Emang Tuhan di mana?”
“Di jagad raya.”
“Ih, itu kan nama aku.”
“Iya, Tuhan juga ada di dirimu.”
(Dia mudheng atau enggak, saya tak ambil pusing. Lha, saya sudah ngantuk pol. Dan, ini justru bikin lambe saya kok agak susah dikontrol)
Mulut saya malah nerocos gak keruan soal Tuhan. Bulan yang kamu lihat malam ini, saya bilang, adalah bulan yang sama dengan bulan dua ribu tahun lalu. Bulan yang kamu lihat malam ini adalah bulan yang juga dilihat Tuhan dua ribu tahun lalu. Tahu kan, Tuhan turun ke bumi, bumi yang sama yang kamu injak sekarang. Ia juga menghirup udara, udara yang sama kamu hirup saat ini. Ia juga kena angin, angin yang membuatmu masuk angin malam ini dan muntah-muntah di kamar mandi.
“Kamu mengerti maksud, Papa?”
“Enggak.”
“Gakpapa. Kelak, bulan akan membuatmu mengerti.”
Saya mengambil teh sachet, memanasi air, menuang gula, dan menyurungkan cangkir ke anak lanang. Lekas diminum lalu tidur, kata saya sembari menahan kantuk. Bodo amat dengan apa yang saya ucapkan tadi. Saya sudah ngantuk berat. Saya mau klekaran di kasur, tidur panjang. Dan, biarlah Roh Kudus yang bekerja pada anak itu. Aku ngantuk pol!
Baru lima menitan klekaran, Lentera bangun, nangis, dan manggil-manggil saya. “Repotttt! Kok, ya gak manggil mamanya.”
Lalu, kami berempat gak jadi tidur dan gak bisa tidur. Lalu, foto-foto dengan brosur planetarium. Anak-anak gojekan bentar. Saya menulis ini.
“Semoga gerhana bulan tak datang lagi nanti malam!”
— 28 Juli 2018