(Sebuah Cerpen)
Pesta besar digelar di stadion. Gebyar-gebyar. Penuh kembang api. Penuh tari-tarian. Puluhan ribu orang berjubel di sana. Dari berbagai bangsa. Orang-orang terkesima. Tepuk tangan.
Sebulan sebelumnya. Pesta besar digelar di kawasan stadion yang sama. Polisi menembak mati 77 orang. Semua itu begal, preman jalanan, jambret, bajingan tengik. Itu kata polisi. Dalam gelap, anak kecil meratapi jasad bapaknya. Ibu memangku mayat anaknya. Istri bunting histeris melihat jenazah suaminya. Semua mayat kepalanya bolong. Dadanya robek.
“Beres, Bos!” ujar kepala polisi.
Sebulan kemudian. Pesta besar digelar di stadion. Gebyar-gebyar. Penuh kembang api. Penuh tari-tarian. Puluhan ribu orang berjubel di sana. Dari berbagai bangsa. Orang-orang terkesima. Tepuk tangan.
Delapan bulan kemudian digelar pemilu.
— Kota Kasablanka, 21 Agustus 2018