Sigit Kurniawan Jurnalis penyuka soto, filsafat, dan marketing. Menulis buku Perempuan yang Pergi Pagi-Pagi (2018).

Perempuan yang Pergi Pagi-pagi

41 sec read

Perempuan itu pergi pagi-pagi. Tepatnya saat hujan belum lama berhenti setelah berjam-jam menghajar malam. Ia berpulang setelah sekian lama berjibaku melawan kanker paru-paru stadium empat. Ia pergi meninggalkan pesan: “Hidup itu sekolah. Ujiannya cuma dua: diberi apa-apa yang tidak disuka dan kehilangan apa-apa yang dicinta.”

Buku ini merupakan kumpulan refleksi atas kisah-kisah sederhana tentang perjumpaan penulis dengan orang-orang. Tentang kematian, rasa rindu, pertanda, persahabatan, iman, pengharapan, dan cinta. Penulis berkeyakinan, hidup mati itu bergelimang makna, asalkan kita mau “menyelam” sedikit lebih dalam dari aneka permukaan peristiwa.

—————————

Kematian hampir pasti menorehkan luka. Sakit yang timbul karena ditinggal oleh orang yang kita cintai seringkali diperperih oleh rasa bersalah saat menyadari diri telah terlambat untuk membalas cinta secara sepadan. Kisah-kisah dalam buku ini adalah pengakuan jujur atas luka karena kematian orang yang dikasihi, pengakuan yang membawa penulisnya mengalami bahwa cinta memang mengalahkan maut dan bahwa cinta adalah abadi. Tiada kata terlambat untuk mencintai dan terus menerima cinta.

(Rm. Antonius Sumarwan, SJ, Penulis buku Menyeberangi Sungai Air Mata dan Aktivis Credit Union)

—————————

Bagi yang berminat dan melakukan pemesanan, silakan hubungi melalui telepon atau WhatsApp di nomor 081290209616 (Sigit Kurniawan) dengan harga per eksemplarnya Rp 70.000.

 

Sigit Kurniawan Jurnalis penyuka soto, filsafat, dan marketing. Menulis buku Perempuan yang Pergi Pagi-Pagi (2018).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *