Segala hal tentang kehidupan manusia itu selalu menarik. Karena itu marketing menarik, demikian juga filsafat.
Buku yang saya baca pada hari pertama tahun 2023 adalah Petualangan Intelektual. Ini buku lawas. Saya sengaja membawanya ke Bogor hari ini karena merayakan ulang tahun yang ketujuh putri saya. Maria Lentera, namanya, memiliki ikatan personal dengan katedral di sana.
Saya membaca buku itu sepanjang perjalanan. Berlanjut di Lemongrass, resto bergaya tropis di Jalan Pajajaran. Ditemani kaya toast dan secangkir long black coffee. Sekali lagi itu buku lawas. Sudah sekian kali saya membacanya. Maklum sebelum jadi buku, itu adalah diktat kuliah filsafat. Itu salah satu diktat terbaik, versi saya tentunya.
Buku ini mengusung sejarah filsafat Barat kuno hingga modern. Membaca buku ini tak membosankan. Tak perlu baca detail lagi. Saya hanya perlu menyegarkan gagasannya. Mendapatkan kembali peta pemikiran dari masa ke masa.
Menariknya, apa yang dulu kala dipikirkan oleh para ilmuwan masih juga dipikirkan hingga hari ini. Itu terjadi di bidang mana pun, dari teknologi, sosiologi, sastra, ilmu alam, fesyen, gaya hidup, hingga dunia yang sedang saya selami saat ini, marketing. Semua bermuara pada satu hal: manusia (human) dan kemanusiaannya (humanity). Manusia dengan segala misteri, anxiety, dan desire-nya.
Sebenarnya tak ada yang benar-benar baru. Persoalan-persoalan baru filsafat adalah persoalan lama manusia. Demikian juga persoalan baru marketing adalah persoalan lama manusia. Yang baru hanya kemasan, wajah, platform, dsb.
Dulu saya ragu. Saya bekerja di dunia marketing, tapi basis saya filsafat. Namun, setelah bertemu dengan konsep-konsep marketing dari MarkPlus dan Philip Kotler, keraguan itu raib. Justru banyak nyambungnya antara marketing dan filsafat. Selalu ada unsur filsafat dalam marketing.
Profesi saya sebagai jurnalis tentu sangat menolong. Karenanya saya bisa mengakses banyak hal, bertemu banyak orang, dan belajar apa pun. Di Marketeers, saya mendapatkan ilmu-ilmu itu secara cuma-cuma, langsung dari para konseptornya. Filsafat ternyata memudahkan saya menerima dan memahami ilmu-ilmu itu.
Trilogi Marketing, dari Marketing 3.0, 4.0, 5.0 menurut saya sangat sarat filsafat. Memperlakukan customer sebagai manusia seutuhnya yang memiliki akal, budi, dan spirit yang diusung Marketing 3.0 itu sangat filsafat manusia. Relasi manusia dan teknologi dalam Marketing 4.0 dan 5.0 sangat filsafat manusia. The human-inspired tech itu dalam Marketing 5.0 sangat kental filsafatnya, seperti robotik, sensor, mixed-reality, internet of things, dsb. Pemahaman mesin itu keren (cool), tapi manusia itu mampu memberi kehangatan (warm) itu sangat filosofis.
Dunia yang senantiasa berubah (Change) itu sudah lama dipopulerkan oleh Herakleitos dengan Pantha Rhei-nya, segala sesuatu mengalir.
Yang jelas, semua yang menyangkut hidup manusia itu selalu menarik. Karena itu, marketing itu menarik, demikian juga filsafat. Tos!
Selamat tahun baru 2023!