BAGI sebagian orang Jogja, termasuk saya, patung besar baterai ABC yang berdiri tegak di perempatan ringroad kidul, Madukismo, ini bukan sekadar penanda jalan. Ia menyimpan kepingan kenangan.
Setiap melewatinya, saya selalu teringat mendiang bapak. Pada tahun 1990-an, bapak selalu berada di samping tugu itu dengan vespanya, menyambut saya yang turun dari bus dari arah Magelang.
Sesaat bus hampir sampai tempat itu, mata saya menerawang jauh jendela bus untuk memastikan bapak sudah menunggu di sana.
Saya yakin bapak juga demikian. Mata bapak akan menyapu ke arah jendela bus setiap kali bus datang dan berhenti di situ untuk menurunkan penumpang, memastikan anaknya sudah tiba.
Itu terjadi hampir saban liburan sekolah tiba dan asrama di Mertoyudan, tempat saya tinggal dan belajar dikosongkan sementara.
Demikian juga sebaliknya, ketika liburan usai, tempat itu selalu menjadi tempat paling sendu untuk berpisah dengan bapak. Tentu dengan rasa kangen yang belum tuntas, sampai bus ke arah Magelang membawa saya.
Apakah tempat itu juga menyimpan kepingan kenangan bagi Anda?