Buku karya Mikal Hem ini memikat karena judulnya unik sekaligus menggelikan. Lumrahnya buku berisi tips itu mengangkat solusi atas masalah keseharian. Cara mudah mengganti shower kamar mandi, misalnya, atau cara memasang selang tabung gas dengan aman, dan sejenisnya.
Buku karya penulis kelahiran Oslo tahun 1973 ini memang lain. Ia menyodorkan kiat menjadi diktator dengan mengambil inspirasi dari diktator-diktator dunia yang terbukti sukses dengan kediktatorannya.
Risetnya atas sejarah para tiran ini patut diacungi jempol. Bahasannya lengkap dengan kemasan ringan dan satir. Pantas saja karena Hem adalah seorang jurnalis. Ia pernah bekerja untuk media ternama di Norwegia.
Hem mengungkap beragam gaya kediktatoran di banyak negara. Meski demikian, selalu ada benang merah, seperti kekuasaan yang terpusat, pemujaan buta pada pemimpin negara, glorifikasi diri sendiri, penguasaan tanpa batas atas aset-aset negara, penggunaan kekuatan senjata, pembungkaman media, hingga peniadaan oposisi.
Edan dan Ugal-ugalan
Gaya para diktator itu unik-unik tapi mematikan. Ilham Aliyev, Presiden Azerbaijan, misalnya. Aliyev dan keluarganya menguasai bisnis pertambangan nasional, telekomunikasi, dan kontraktor. Parlemen didesak mengesahkan regulasi demi imunitas presiden dan keluarga dari tuntutan pidana.
Rafael Trujillo lebih unik lagi. Diktator Republik Dominika ini gila hormat. Ia menyejajarkan diri dengan Tuhan. Ia memasang papan neon raksasa di ibukota Ciudad bertuliskan Dios y Trujillo, artinya Tuhan dan Trujillo. Gilanya lagi, gereja-gereja di sana dipaksa memasang slogan Dios en cielo,Trujillo en tierra atau Tuhan di langit, Trujillo di bumi.
Rafael tak ada apa-apanya bila dibanding Ali Soilih. Pada tahun 1970-an, Presiden Kepulauan Comoros ini mengklaim diri sebagai Tuhan. “Aku adalah Tuhan dan gurumu. Tidak ada Tuhan selain Ali Soilih.”
Rumania punya ceritanya sendiri. Nicolae Ceaușescu memberlakukan peraturan aneh untuk rakyatnya. Pemimpin komunis ini melarang penggunaan mesin tik tanpa surat izin resmi. Lebih aneh lagi, alat kontrasepsi dilarang dan perempuan yang tak punya anak harus membayar pajak selibat.
Di Iran, ada Ayatollah Ruhollah Khomeini. Pasca Revolusi Iran pada tahun 1979, Khomeini melarang segala jenis musik. Musik dianggap instrumen untuk membodohi masyarakat.
Pengawal Revolusi doyan menggeledah rumah-rumah untuk mencari alat musik, baik piringan hitam maupun kaset video. Ia berstandar ganda. Salah seorang cucu Khomeini justru mendapat les piano dari seorang musisi negeri itu.
Masih banyak nama diktator yang disebut Hem. Ada Idi Amin dari Uganda, Kim Jong-il dari Korea Utara, Gurbanguly dari Turkmenistan, Saddam Hussein dari Irak, dan Muammar Gaddafi dari Libya. Nama terakhir ini tak kalah unik karena lebih senang merekrut para perempuan sebagai pengawalnya.
Kiat-kiat
Secara umum, kudeta menjadi jalan utama seseorang menjadi diktator. Alasannya, untuk menjadi diktator orang harus berada di tampuk kekuasaan suatu negara.
Kudeta bisa terjadi menurut Edward Luttwak dikondisikan oleh sedikitnya tiga hal. Yakni, krisis ekonomi, independensi politik, dan kekuasaan terpusat.
Selain itu, dukungan luar negeri diperlukan. Banyak kudeta di negara-negara terjadi karena campur tangan Amerika Serikat lewat CIA. Dukungan militer juga penting sebagai mesin represif.
Orang yang akan melakukan kudeta harus memetakan kondisi. Siapa yang harus ditangkap, bagian mana dari polisi dan pengamanan yang harus dinetralkan. Semua itu dilakukan secara diam-diam. Saat kudeta, kuasailah media secepat mungkin. Begitu media dikuasai, segera umumkan bahwa yang terjadi bukan kudeta tetapi pergantian kekuasaan.
Poleslah diri sebagai penyelamat negeri. Sebut saja perebutan kekuasaan itu revolusi, upaya menegakkan hak asasi manusia, penyelamatan atas krisis konstitusional, penggulingan tirani, maupun penegakan demokrasi.
Pemilu, Propaganda, Pencitraan
Anda ingin menjadi diktator? Hem mengatakan menjadi diktator tak harus ditempuh dengan cara kekerasan. Contohnya Charles Taylor dengan pemilu di Liberia pada tahun 1997.
Bahkan, orang-orang yang dulunya memimpin gerilya untuk melawan kezaliman penguasa pada akhirnya menjadi diktator saat ia memerintah. Mereka yang dulu dipuja-puja rakyatnya akibat mabuk kekuasaan justru berubah menjadi tangan besi untuk mempertahankan kekuasaannya.
Saat berkuasa, menurut Hem, yang harus dipertimbangkan oleh diktator adalah meredam atau menghilangkan oposisi. Caranya beragam, dari melibas lawan-lawan politik hingga membungkamnya.
Di masa modern, kediktatoran bisa dipertahankan dengan cara cerdas. Pemilu salah satunya. Dengan pemilu, lebih tepatnya pemilu-pemiluan, negara punya legitimasi dianggap demokratis.
Lalu, kendali atas media menjadi salah satu alat yang paling berdaya guna. Pastikan memegang kendali sepenuhnya atas saluran publikasi. Yang tak kalah penting, bila Anda ingin menjadi diktator, cara menampilkan diri sangat penting.
Pencitraan itu bermanfaat. Tampilkan diri sebagai sosok dermawan, disegani di forum-forum internasional, hingga tampil sebagai sosok negarawan kuat dan pemberani.
Kontrol pada orang-orang yang tergantung pada presiden menjadi penting. Sebut saja, pegawai negeri, polisi, tentara, tahanan di penjara, pegawai BUMN, dan sebagainya. Mereka bisa dikondisikan sebagai alat mendulang suara saat pemilu.
Di era klasik, mengancam dan menahan pihak oposisi menjadi cara melanggengkan kekuasaan. Di era sekarang, untuk mengendalikan oposisi, diktator menciptakannya sendiri. Bikin partai yang seolah-olah oposisi tetapi sebenarnya menjadi pendukung.
Propaganda juga menjadi alat terpenting yang harus dimiliki diktator. Diktator perlu membentuk semacam kementerian propaganda untuk menyebarkan dan mengontrol informasi.
Propaganda bisa beragam. Salah satunya melalui buku-buku pelajaran di sekolah yang menampilkan sang diktator sebagai pahlawan bangsa. Ciptakan juga kultus individu pada diri Anda. Tak hanya dengan memajang foto diri di mana-mana, tetapi menciptakan pesona bahwa Anda itu sosok yang menentukan nasib negara.
Buku Hem ini layak dibaca oleh siapa saja agar mengerti bahwa hidup di bawah kontrol diktator itu sangat menyebalkan. Selain itu, agar semakin jeli melihat gelagat buruk penguasa yang diam-diam ingin bebas kontrol. Atau, kita sedang merasakan tanda-tanda munculnya sebuah kediktatoran gaya baru?
Data Buku
Judul : Kiat Menjadi Diktator: Pelajaran dari Para Pemimpin Edan
Penulis : Mikal Hem
Penerbit : Marjin Kiri, 2023
Tebal : vi + 191 hlm.