Sigit Kurniawan Jurnalis penyuka soto, filsafat, dan marketing. Menulis buku Perempuan yang Pergi Pagi-Pagi (2018).

Menelepon Ibu

31 sec read

Ibu

Saya tak tahu kenapa tiba-tiba ingin menelepon ibu. Ibu masih bekerja di kantornya siang itu. Saya mengambil henpon dan mulai menelepon.

Telepon pertama diangkat. Saya kaget karena yang saya dengar bukan suara ibu, melainkan suara laki-laki yang asing di telinga. Saya duga dia rekan sekantornya. Telepon saya tutup.

Saya menelepon untuk kedua kalinya. Berharap ibu mengangkatnya. Lagi-lagi telepon diangkat dan suara laki-laki itu muncul lagi. Saya meminta dia menyampaikan ke ibu bahwa anaknya menelepon.

“Tunggu sebentar,” katanya.

Suara di ujung telepon lengang, hanya bunyi-bunyian aktivitas orang di kantor yang terdengar samar. Saya menunggu ibu mengangkat telepon.

Belum sempat ibu mengangkat telepon, bunyi alarm tadi pagi membangunkan saya dari tidur. Saya sadar saya baru saja bermimpi. Saya juga sadar bahwa ibu sudah lama meninggal.

“Wah, asem tenan ki. Gelo tenan.” Batin saya yang merasa belum beruntung mendengar suara ibu lagi meski cuma dalam mimpi.

Kota Kasablanka, 28 Februari 2024

————————

Sumber foto: Mother and Child Reunion karya Harma Hommad

Sigit Kurniawan Jurnalis penyuka soto, filsafat, dan marketing. Menulis buku Perempuan yang Pergi Pagi-Pagi (2018).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *