Ini bukan resensi film, namun sebuah refleksi. Minggu lalu, saya, istri, dan si kecil menonton film Kuasa Gelap di sebuah bioskop di Jakarta. Bagus, sinematik, namun kurang menakutkan untuk sebuah film horor. “Kayaknya setannya aku kenal, deh.” — demikian kurang lebih ungkapannya.
Yang paling memikat saya dari film berdurasi 90 menit ini adalah dialog-dialog iblis. Khususnya, cara-caranya merontokkan keimanan manusia.
Bagi saya, ini bukan sekadar film eksorsisme, tetapi tentang Latihan Rohani – khususnya pembedaan roh. Dan, ini sangat dekat dengan dinamika batin keseharian kita. Saya pernah menjalani Latihan Rohani dari Santo Ignatius Loyola. Menurutnya, manusia itu dikuasai tiga kekuatan dasar: kodrat manusia, roh baik, dan roh jahat.
Ciri Roh Baik itu selalu memberi penghiburan, semangat, ketekunan, memperkuat iman, harapan, dan mengantar kita semakin dekat dengan Tuhan. Roh jahat kebalikannya: menyesakkan, menyedihkan, suka menghalang-halangi dengan alasan-alasan palsu agar orang tidak maju dalam kerohanian, dan semakin jauh dari Tuhan.
Dan, itu sangat tergambar dalam wajah iblis dalam film tersebut. Kata-kata iblis mirip dengan kata-kata iblis di film The Pope’s Exorcist. Kenapa mirip? Ya, karena jurus iblis memang seperti itu: merontokkan iman seseorang dengan menyerang bagian paling lemahnya.
![](https://scriboers.com/wp-content/uploads/2024/10/kuasa-gelap-02-700x467.jpg)
Apa yang paling lemah dari diri manusia? Dosa dan masa lalunya. Iblis sangat piawai memanipulasi rasa bersalah dan luka-luka masa lalu manusia. Lihat saja adegan eksorsisme di film itu, iblis selalu mengulang-ulang kalimat: “kalian semua pendosa!” atau “Dasar munafik. Hipocrita!” atau menyerang dengan memberi keraguan: “Kamu pikir Tuhan mampu menyelamatkan?”
Ucapan tersebut bisa meneror manusia, membuat diri merasa tak pantas karena betapa berat dan banyak dosa-dosanya dan akhirnya menjauh dari Tuhan. Jauh dari Tuhan itulah yang dikehendaki Iblis. Sebaliknya, dekat dengan Tuhan inilah yang paling dibenci iblis. Iblis ingin manusia tetap berkubang dengan dosa dan masa lalunya.
Iman pertama yang rontok terjadi pada Romo Michael, asisten eksorsisme Romo Rendra. Iblis meneror Michael dengan mengangkat lagi rasa bersalah di masa lalunya. “Orang macam apa yang membiarkan ibunya mati di panti jompo?” Mikael putus asa dan memilih mundur sembari berdalih “Saya tidak sanggup. Rasa bersalah saya terlalu besar.” Padahal, Romo Rendra sudah mengingatkan: “Iblis pandai memanipulasi pikiran manusia. Iblis mampu melihat dosa-dosa kita.”
Hal sama terjadi pada diri Romo Thomas. Pastor muda ini berniat mundur dari panggilannya karena merasa Tuhan tidak mencintainya pascakecelakaan mobil yang menewaskan ibu dan adiknya. Untung masih bisa dicegah oleh koleganya. Bahkan, ia terpilih jadi asisten Romo Rendra menggantikan Mchaell. Meski demikian, saat melakukan eksorsisme dalam diri Kayla – seorang remaja perempuan yang kerasukan – ia terus diteror iblis melalui masa lalunya.
Rasa berdosa juga menghantui Maya, ibu Kayla. Ia merasa masa lalunya amburadul. Diwarnai pergaulan bebas sehingga hamil di luar nikah. Saat turut mendukung eksorsisme dalam diri anaknya, iblis meneror ibu itu dengan kalimat: “Perempuan sepertimu pantas mati!”
![](https://scriboers.com/wp-content/uploads/2024/10/Kuasa-Gelap-01-700x467.jpg)
Sakramen Tobat
Dalam melawan serangan-serangan iblis yang menyerang titik-titik lemah manusia, film ini mengingatkan pentingnya berdamai dengan masa lalu. Caranya seperti apa? Menerima pengampunan Tuhan melalui Sakramen Tobat.
Dari sini, saya semakin mengerti akan pentingnya pengakuan dosa. “Pengakuan dosa adalah senjatanya. Kita harus berdamai dengan dosa-dosa masa lalu. Dosa masa lalu hanya dipakai iblis untuk mengintimidasi kita dan membuat kita menyerah. Masa lalu tidak penting. Yang penting sekarang hidup dalam Tuhan,” demikian kurang lebih nasihat Romo Rendra.
Dengan sakramen tobat ini, manusia menerima cinta dan pengampunan Tuhan. Artinya? Cinta Tuhan ini menutup lobang maupun celah-celah dalam diri manusia yang bisa dimanfaatkan iblis untuk menyerang. Pengampunan menjadikan kita manusia baru yang dekat dengan Tuhan – lagi-lagi suatu hal yang paling dibenci iblis.
Dalam hal ini, Romo Renda bilang bahwa semua kekuatan untuk mengusir setan dalam diri manusia harus dilakukan dengan iman dan kerendahan hati. Iman bahwa keberhasilan itu berkat rahmat dan pertolongan Allah semata.
![](https://scriboers.com/wp-content/uploads/2024/10/Film-Kuasa-Gelap-700x610.jpeg)
Gesit Menangkap Ekor Si Iblis
Karena iblis doyan memanfaatkan dosa dan rasa bersalah kita dan pintar memanipulasi pikiran, kita harus gesit membaca gelagat si iblis. Misi iblis sangat jelas, yakni membuat kekacauan batin, merontokkan iman, mengumbar ketakutan, semakin menjauhkan kita dari Tuhan. Akibatnya, kita terpenjara dalam dosa-dosa dan masa lalu dan hidup tidak berkembang.
Karena iblis itu penuh tipu muslihat, pembedaan roh menjadi penting. Iblis pandai berganti wajah menjadi malaikat terang. Ignatius bilang, iblis bisa memulai dengan mengikuti suasana jiwa yang saleh, menyodorkan pikiran-pikiran baik dan suci, lalu pelan-pelan menggiring ke maksud jahatnya.
Ignatius mengingatkan agar kita jeli dan gesit melihat tipu muslihat iblis ini. Bila awal, tengah, dan akhir seluruhnya baik, maka itu berasal dari Roh Baik. Bila awal dan tengah baik, namun akhirnya buruk atau menyeleweng, maka itu dari iblis. Membuat jiwa lemah, resah, kacau, jauh dari damai, itulah tujuan iblis. Iblis menjadi musuh kemajuan dan keselamatan kekal manusia. Dus, pandai-pandailah kita menangkap ekor si iblis.
Tetap Waspada
Iblis tidak senang jika manusia mengalami kemajuan rohani. Ia selalu menunggu celah di mana manusia lengah. Tak heran, seperti digambarkan di film, iblis itu harus diusir berkali-kali. Diusir, iblis kembali lagi, dan bahkan mengajak komplotannya.
Karenanya, kita harus terus berjaga-jaga dan waspada. Begitu ada celah dalam diri kita, iblis itu akan kembali masuk dan mengacak-acak isi rumah batin kita. Caranya, dengan terus memperhatikan gerak-gerak batin dan berdoa. Ingat, kita harus menangkap ekor si iblis.
Mengorek dosa-dosa adalah senjata iblis. Apalagi manusia itu rapuh alias mudah sekali jatuh ke dalam dosa, jatuh lagi dan jatuh lagi. Di sini, kita ingat saja pesan Paus Fransiskus: “Tuhan tidak pernah lelah mengampuni. Kitalah yang lelah meminta pengampunan.” Dan, kita pegang sabda Yesus, dua kata yang paling banyak ditemukan di Injil, yakni “Jangan takut!”
Saya percaya eksorsisme itu nyata karena iblis itu memang ada. Namun, kita bisa melakukan semacam “eksorsisme” kecil-kecilan dalam hidup batin keseharian kita dengan pembedaan roh.
Dah, itu saja refleksi saya atas film ini. Sekali lagi, ini bukan sebuah resensi. Paling, satu hal yang menjadi pertanyaan merisaukan saya: kenapa sosok iblisnya digambarkan dengan seorang suster yang nota bene perempuan dan bukan seorang frater, bruder, pastor, uskup, dan kardinal? Eittt.